Senin, 21 Oktober 2013

Makalah Statistika-Hipotesis rata-rata satu populasi



UJI HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan (penaksiran) sementara mengenai suatu hal, melalui sekelompok sampel yang terukur,untuk menjelaskan populasinya, tetapi kebenarannya belum teruji. Pembuktian di lakukan melalui pengukuran dan analisa terhadap sampel yang di ambil dari populasi, baik secara sensus ataupun sampling.
Perumusan hipotesis diarahkan pada besaran-besaran statistik  yang terukur dan digunakan untuk menaksir parameter populasinya. Hipotesis ini disebut sebagai hipotesis statistik (H0).
H0  ada karena adanya sampel. Bila penelitian tidak menggunakan sampel, tetapi dilakukan berdasarkan sensus (seluruh elemen populasi diukur) maka H0 tidak ada. Hipotesis yang di uji pada penelitian yang demikian adalah hipotesis kerja yaitu hipotesis yang dibuat berdasarkan kondisi teoritis dan empiris (variabilitas) yang menjadi telaah pada populasi tersebut. Pengujian hipotesis ini tidak menggunakan kata signifikansi.

Prosedur Pengujian Hipotesis (H0)
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menerima atau menolak besaran statistik yang diuji, dengan membandingkannya terhadap besaran parameter yang telah terstandar pada tabel-tabel statistik.
Bila yang diuji statistik t, maka pembandingnya adalah parameter t pada tabel statistik, demikian juga statistik lainnya.
Pengujian H0 dengan pasangannya HA menentukan daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis yang dinyatakan sebagai daerah kritis.
Pengujian parameter  (bisa rata-rata, proporsi, standar deviasi, korelasi, chi kuadrat atau nilai Fisher). Dengan cara mengajukan argumentasi sebagai berikut.
1.       H0  :  =  0 ; tidak ada perbedaan yang signifikan antara parameter Ө dengan Ө0  standar (misalnya tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara statistik dengan parameter).
HA :    0 ; terdapat perbedaan yang signifikan antara parameter Ө dengan Ө0 standar.
2.       H0 :    0 ; kondisi parameter yang diuji paling tidak akan sama atau telah kurang dari kondisi awal.
HA :  >  0 ; kondisi parameter yang diuji telah bertambah dari kondisi awalnya atau sebaliknya.
3.       H0  :    0 ; kondisi parameter yang diuji, paling tidak telah bertambah atau sama dengan keadaan awalnya.
HA :  <  0 ; kondisi parameter telah berkurang dari awalnya.
Notasi ini mengisyaratkan agar pengujian hipotesis (H0) tidak tertukar dengan hipotesis kerja. Pengujian dilakukan terhadap H0 tidak boleh ditukar dengan HA.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang rasional dari teori-teori pendukung variabel tersebut ataupun premis-prenis yang di dukung oleh dalil-dalil akurat, tentang variabel yang di ukur untuk mendapatkan besaran statistik. Bentuk statistik yang diuji Zh ,th , χh2 ,Fh (h = hasil hitungan) dibandingkan dengan ztab, ttab, χ2tab, Ftab (tab = tabel).
Taraf nyata α dihitung berdasarkan interpolasi nilai tabel yang berdekatan dengan nilai statistiknya, di bagian awal telah di bicarakan tentang perhitungan p-value, dengan rumus:
p-v=α1 – (α1 α2)

 i = parameter stasistik diperoleh dari tabel
 h =statistik hasil perhitungan
αi = taraf nyata (peluang kesalahan) yang nilai  i nya berdekatan dengan nilai  h.
p-v = peluang membuat kesalahan dalam menolak H0 , pada hal H0 benar, pengujian berdasarkan   sampel.
Peranan HA  dalam menentukan daerah kritis di antaranya :
1.       Untuk HA bertanda ≠, bertanda dua daerah kritis, masing-masing pada tiap ujung adalah ½ α atau ½ p-v yang dihitung. Karena ada dua daerah penolakan, maka pengujian hipotesisnya di namakan uji dua pihak.
Gambar diatas menunjukkan sketsa distribusi yang digunakan untuk menentukan daerah penerimaan H0 dan daerah penolakan H0.
Kedua daerah terrsebut dibatasi oleh  h1 dan  h2. Penerimaan H0 apabila p-v ≥ α = 0,05. Sebaliknya H0 ditolak apabila p-v < 0,05.
Peranan p-v dalam pengujian H0 adalah sebagai tingkat keberanian untuk menolak H0. Jika H0 ditolak padahal H0 benar, dasarnya sampel, maka akan berhadapan dengan resiko kesalahan sebesar p-value.
Jika resiko kesalahan p-value > 0,05 sebaiknya H0 diterima, karena > 5% dari sampel membuat error.
2.       Untuk HA bertanda > ,daerah kritis ada di sebelah kanan kurva pengujian, di lakukan uji pihak kanan daerah kritis berada di sebelah kanan p-v.
Interpolasi nilai p-v pada tabel :
3.       Untuk HA bertanda < ,maka daerah kitis ada di sebelah kiri kurva pengujian, dilakukan uji pihak kiri.
Daerah kritis berada di sebelah kiri p-v, dengan interpolasi seperti di atas, tolak H0 apabila p-v < 0,05.
Dua Jenis Kekeliruan Pengujian Hipotesis
Pengujian kebenaran hipotesis bukan membuktikan kebenaran, tetapi menerima atau menolak kebenaran berdasarkan sampel.
Dalam melakukan pengujian ada dua kemungkinan kesalahan (kekeliruan) yang dapat terjadi. Statistik menyatakan sebagai berikut :
1.       Kekeliruan I : menolak hipotes yang seharusnya diterima
2.        Kekeliruan II : menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
Pada pengujian hipotesis, sebaiknya kekeliruan ini harus di buat sekecil mungkin (tergantung keberanian peneliti dan kondisi variabel yang diuji). Kedua macam kekeliruan ini di nyatakan dalam bentuk peluang (p-value = probabilitas value). Kekeliruan I dinyatakan dengan α dan kakaliruan II dengan β. α disebut sebagai taraf signifikansi atau taraf nyata. Nilai α atau p-value maupun β yang diterima dalam pengambilan kesimpulan, ditentukan oleh efek atas terjadinya kekeliruan. Untuk α = 0,05 artinya 5 dari 100 akan gagal.
Hipotesis Uji Rata-rata µ
Dari populasi berukuran N dengan rata-rata µ dan standar deviasi σ, akan di uji berdasarkan sampel acak berukuran n dangan rata-rata  dan standar deviasi S. Bila σ diketahui digunakan uji z, yaitu :
Z =
Bila σ tidak diketahui digunakan uji t, yaitu :
t =  
Pada umumnya σ tidak diketahui, sehingga pengujian di lakukan melalui S yang diperoleh dari sampel acak, seperti rumus t diatas.
Contoh:
1.       Pabrik busi menyatakan bahwa, businya mampu bekerja selama 8000 jam dengan σ = 60 jam, untuk mengujinya diambil 50 motor yang menggunakan busi tersebut. Di dapat rata-rata pemakaian busi 7985 jam. Coba periksa apakah pernyataan pabrik itu benar ?
Jawab:
                H0 : µ = 8000 jam
                HA : µ ≠ 8000 jam
                σ = 60 jam
                x =7.985 jam
                n = 50
Nilai z :
                z =  = -1,768
Interpolasi pada tabel:
Z1 = -1,76             ½ α1 = 0,5 - 0,4608 = 0,0392
Z2 = -1,77             α2 = 0,5 – 0,4616 = 0,0384
p-v = α1 – (α1 α2)
       = 0,0392 – 0,0008 ( )
       = 0,0392 – 0,0008 ( )
p-v = ½ α ; maka α = 2.p-v = 0,0764
Karena pengujian dua pihak menghasilkan p-v = 0,0764 > 0,05, maka jika H0 ditolak, padahal H0 benar, akan berhadapan dengan resiko, dengan peluang 0,0764. Resiko ini terlalu besar, dengan demikian H0 diterima pada taraf signifikansi α = 0,0764 atau 7,64%.
Uji Pihak Kanan
Hipotesis yang diajukan untuk uji pihak kanan adalah
H0 :   0
HA : 0
Dengan asumsi populasi berdistribusi normal, sampel representatif berukuran n di mana n/N < 0,05 dan rata-rata dan standar deviasi. Perubahan di harapkan positif (bertambah besar).
a.       Bila diketahui, pengujian dengan rumus :
z =
Contoh:
Suatu industri menganjurkan agar mesin-mesin lama yang produksi rata-ratanya 15,7 unit per jam, dengan varian 2,3 diganti dengan mesin-mesin baru yang berproduksi rata-rata 16 unit per jam. Percobaan dilakukan terhadap 20 mesin baru dengan hasil 16,9 unit per jam. Bila direktur perindustrian berani mengambil resiko 5% untuk menggunakan mesin baru dengan rata-rata paling sedikit 16 unit per jamnya. Apa keputusnnya ?
Jawab:
H0 : µ ≤ 16 unit/jam (paling banyak 16 unit /jam)
HA : µ > 16 unit/jam (paling sedikit 16 unit/jam)
µ = 16    ; σ2 = 2,3
x = 16,9 ; n = 20
di dapat:
                z =  = 2,654
Menurut tabel, ini pada interval:
Z1  = 2,65 dengan σ1 = 0,5 – 0,496 = 0,004
Z2 = 2,66 dengan α2 = 0,5 – 0,4961 = 0,0039
p-v=α1 – (α1 α2)
      =0,004 – 0,0001( )
      =0,004 – 0,0001 ( )
                p-v= 0,00396
                Jika H0 di tolak padahal H0 benar, akan berhadapan dengan resiko dengan peluang 0,004. Resiko itu kurang dari 5%. Oleh karena itu H0 ditolak. Mesin baru tersebut dapat berproduksi paling sedikit 16 unit/jam.
                Resiko hanya 0,4%, jauh bila dibandingkan dengan keberanian direktur, yaitu 5%. Dengan α=0,05 tersebut, sebenarnya harga rata-rata yang di inginkan direktur adalah:
Z0,95  = 1,645
                Z =
       1,645 =
          x-16 = 0,56
                x = 16,56
Dari 20 mesin yang dicoba, paling sedikit mencapai rata-rata: 16,56 unit/jam.
b.      Bila tidak diketahui, pengujian dengan rumus :
t =  
Contoh:
Seperti soal di atas:
σ tidak diketahui oleh perusahaan. Dari 20 percobaan didapat S2 = 2,8
Jawab:
Pengujian: H0 : µ ≤ 16
                    HA : µ > 16
                    µ = 16  ; X = 16,9
                    N = 20 ; S2 = 2,8
Jadi: t =  = 2,4053
Untuk dk = 20-1 = 19 nilai tabel yang dekat adalah:
                α1 = 0,025            t1 = 2,26
                α2 = 0,01              t2 = 2,82
Jika H0 ditolak, berhadapan dengan resiko 0,0211. Resiko ini kecil, jadi H0 ditolak pada taraf nyata 0,0211 atau 2,11%. Resiko yang diajukan 5%, jadi resiko 2,11% lebih kecil dari resiko yang diajukan direktur. Mesin baru boleh digunakan.
Uji Pihak Kiri
Hipotesis yang diajukan untuk uji pihak kiri adalah:
H0 : µ ≥ µ0
HA : µ < µ0
Dengan asumsi populasi berdistribusi normal, representatif berukuran n dengan n/N = 0,05. Perubahan di harapkan negatif (berkurang ditinjau dari kondisi semula).
a.       Bila diketahui, pengujian dengan rumus :
Z =
Contoh:
Pabrik susu kaleng menyetel mesin untuk produknya dengan rata-rata 0,5 kg dan standar deviasi 0,02 kg. Untuk membuktikan kebenarannya (agar tidak merugikan masyarakat) diambil sampel sebanyak 23 kaleng susu dan menghasilkan rata-rata 0,49 kg.
Apakah persyaratan isi kaleng pabrik tersebut benar ?
Jawab:
µ = 0,5 kg
σ = 0,02 kg
n= 2,3
x = 0,49
z=  = -2,398
Menurut tabel, ini berada pada
Z1 = 2,39 dengan α1 = 0,0084
Z2 = 2,40 dengan α2 = 0,0082
Nilai p-value
p-v = 0,0084 – 0,0002 ( )
       = 0,0084 – 0,0002 ( )
       = 0,00824
Karena p-v = 0,00824 < 0,05, maka H0 ditolak dengan peluang 0,00824 kesalahan menolak H0 padahal H0 benar.
Kesimpulan, isi kaleng tidak lagi sesuai dengan etiket 0,5 kg tetapi telah berkurang. Hal ini merugikan masyarakat rata-rata 0,01 kg tiap kalengnya atau 1 kg untuk 100 kaleng.

b.      Bila tidak diketahui, pengujian dengan rumus :
t =  
dari contoh di atas, bila σ tidak diketahui dan dari hasil pengukuran 23 kaleng tersebut didapat isi rata-rata 0,49 kg dengan standar deviasi S = 0,025 kg.
Jawab:
µ = 0,5 kg
x = 0,49 kg
S = 0,025 kg
N = 23 kaleng
                t =  = -1,9183
dengan dk = 22, nilai yang dekat dengan th adalah:
                α1 = 0,05              t1 = 1,72
                α2 = 0,025            t2 = 2,07
p-v = 0,05- 0,025 ( )
       = 0,05- 0,025 ( )
       = 0,023584
p-v = 0,03584 < 0,05 oleh sebab itu H0 ditolak, isi kaleng tidak sama dengan etiket 0,5 kg, pada taraf nyata α = 0,0358 atau 3,58%. Sampel menyatakan masyarakat telah dirugikan.



Pengujian Hipotesis tentang Proporsi
Uji Dua Pihak
Untuk populasi berdistribusi binomial, dengan proporsi peristiwa X = , dengan asumsi populasi berdistribusi normal, sampel representatif berukuran n, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : 0
H0  : 0
Dengan 0 suatu nilai yang diketahui, sesuai kondisi populasi. Proporsi peristiwa X dalam sampel adalah X/n. Pengujian 1 dilakukan dengan pendekatan distribusi normal yaitu statistik z dengan rumus:
z =  - 0
      
p =
q = 1-
kriteria pengujian tolak H0 jika p-value < 0,05.
Contoh:
Diduga bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan di SMU adalah seimbang. Sampel acak dari 10 SMU, mendapatkan 4.800 siswa yang 2.558 siswanya laki-laki.
Betulkah distribusi jenis kelamin siswa itu ?
Jawab:
H0 :
HA :
X = 2458
N = 4800 ; p = 2458/4800 = 0,5121
Didapat:
                Z =  = 1,6766
Uji dua pihak:
Nilai z = 1,6766, berada pada interval:
                Z1 = 1,67 dengan α1 = 0,0475
                Z2 = 1,68 dengan α2 = 0,0465
p-v = 0,0475 – 0,0010 ( )
       = 0,04684
Karena uji dua pihak maka p-v = 2. 0,04684 = 0,09378.
Nilai ini melebihi 0,05. Riskan untuk menolak H0 ,jadi H0 diterima pada taraf nyata 0,09278.
Kesimpulan, distribusi siswa laki-laki dan perempuan seimbang.
Uji Satu Pihak
Pengujian untuk menentukan apakah terjadi perubahan positif pada populasi atau perubahan negatif. Peristiwa atau karakteristik yang diuji dalam bentuk proporsi. Karena menggunakan asumsi bahwa proporsi yang terjadi pada sampel berdistribusi binomial dan berdistribusi normal, maka penyajian dilakukan dengan statistik z, yaitu :
z = p - 0
          ; p = x/n
H0 : 0
HA : 0
Kriteria pengujian tolak H0 jika p-value < 0,05.
Contoh:
Paling banyak 60% siswa yang memiliki literatur pokok secara langkap. Untuk pengujian diambil 8.500 siswa dari berbagai siswa pada tingkatan yang sama. Ternyata 5.426 siswa memiliki literatur secara lengkap.
Benarkah pernyataan tersebut ?
Jawab:
H0 : 0 ≤ 0,60
HA : 0 > 0,60
X = 5426
N = 8500  ;
(1-
p =  =  = 0,6384
Z =  =  = 7,223
Harga z = 7,223 praktis tidak ada dalam tabel, sehingga dapat di nyatakan, p-v = 0,000. Artinya, pengujian sangat berarti. Kesimpulan siswa yang memiliki literatur secara lengkap telah melebihi dari 60% dari yang diduga.

Uji Pihak Kiri (Proporsi berkurang)
Contoh :
                30% dari siswa dinyatakan bermasalah, mengalami kesulitan belajar matematika, untuk itu dilakukan bimbingan belajar. Setelah ujian di ambil sampel sebanyak n = 425 siswa, ternyata 120 orang masih mengalami kegagalan.
Coba uji apakah  bimbingan belajar yang dilakukan dapat menurunkan proporsi gagal belajar.
Jawab:
H0 : 0
HA : 0 <
n = 425 ; x = 120
0  ; q = (1- 0  = 0,70
P =  =  = 0,2824
z =
   = -0,8147
Nilai z= 0,8147 berada pada interval:
                Z1 = 0,81 dengan α1 = 0,209
                Z2 = 0,82 dengan α2 = 0,2061
p-v = 0,209 – 0,002 ( )
       = 0,19537
Nilai p-v = 0,19537 > 0,05
Jika H0 ditolak, padahal H0 benar, akan berhadapan dengan resiko 0,19537, karena dasarnya sampel. Resiko ini terlalu tinggi, oleh karena itu sebaiknya H0 diterima.
Artinya, bimbingan belajar tidak dapat menurunkan proporsi kesulitan belajar matematika bagi siswa.
Pengujian Hipotesis tentang Varian Data
Untuk populasi berdistribusi normal berukuran N dan varian 2, bila sampel yang diambil darinya berukuran n dengan varian S, apakah sampel tersebut dapat menunjukkan sifat-sifat populasi yang di ukur itu ?
Pengujian dilakukan dengan menyajikan hipotesis:
                H0 : 2 = σ02
                        HA : 2  σ02
a.       Pengujian dua pihak, dengan uji statistik 2
Χh2 = (n-1) S2
                   2
Kriteria pengujian tolak H0 jika p-v < 0,05.
Contoh:
Dari contoh sebelumnya, masa pakai busi dengan σ = 60 jam. Sampel berukuran n= 50 degan S = 55 jam. Benarkah σ = 60 jam ?
Jawab:
H0 : 2 = 3600 jam
                        HA : 2  < 3600 jam
                N = 50 ;S= 55 jam
                h2 = (50- 1)  = 41,1736
Untuk dk = 49 nilai ini berada pada interval
α1 = 0,90  dengan χ12 = 37,7
α2 = 0,75  denagn χ22 = 42,9
p-v = 0,90 – 0,15 ( )
       = 0,7998
Penolakan H0 akan menghadapi resiko dengan peluang 0,7998 . H0 diterima.
Kesimpulan: benar, sampel itu berasal dari populasi dengan σ = 60.



b.      Pengujian satu pihak dangan uji statistik χ2
Menurut koefisien varian, semakin kecil harga rv (koefisien varian), sampel semakin homogen atau tingkat kebervariasian data kecil. Untuk menguji spsksh varian suatu sampel lebih baik dari populasinya dilakukan uji χ2 seperti di atas, dengan menyajikan hipotesis, untuk uji pihak kanan:
H0 : 2 ≤ σ02 dan HA : 2 > σ02
Kriteria pengujian tolak H0 jika p-v < 0,05. Sedangkan untuk uji pihak kiri digunakan hipotesis:
 H0 : 2 ≥ σ02 dan HA : 2 < σ02
Kriteria pengujian tolak H0 jika p-v < 0,05


Copyright © 2010 Gapailah Mimpimu | Design : Noyod.Com | Images: Moutonzare